Jumat, 04 Oktober 2013

Ketika Kedaulatan Rakyat Tidak Bernilai

Kedaulatan rakyat atas dasar ketuhanan yang Maha Esa merupakan Karunia Alloh SWT kepada manusia supaya tidak ada perbudakan dari satu manusia terhadap manusia yang lain. Penjajahan atau dominasi satu manusia terhadap manusia lain adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Kemudian kedaulatan tersebut diwujudkan dalam sebuah sistem perwakilan Rakyat. Kedaulatan tersebut tidak mutlak tapi terikat dengan prinsip ketuhanan yang Maha Esa atau tauhid. Pemilihian wakil rakyat kemudian dijadikan sebagai sarana untuk mewakilkan kedaulatan ini. Namun karena kebodohan dari setiap unsur yanng terlibat alam sistem ini, aktifitas tersebut hanya menjadi aktifitas penjaajahan model baru. 

Partai menyodorkan calon-calon wakil rakyat bukan atas dasar kebenaran namun atas dasar uang dan popularitas. Ini dimulai dari seleksi calon wakil rakyat yang menggunakan kriteria-kriteria calon yang salah. Kesalahan kemudian dilanjutkan oleh tokoh-tokoh masyarakat yang mengkampanyekan calon-calon tersebut atas dasar pertimbangan materi. Kemudian pada tahap terakhir rakyat juga berpikiran untuk menjual kedaulatanya dengan prinsip siapa yang memberi uang, dia yang dipilih. Setelah proses ini selesai, wakil rakyat menganggap bahwa dirinya telah menmbeli kedaulatan rakyat tersebut selama 5 tahun. Dengan demikian kedaulatan tadi telah menjadi miliknya, yang kemudian dia jual lagi pada siapa saja yang berani membayar mahal. Maka kemudian kita melihat Undang-undang yang merugikan rakyat dan negara yang merupakan hasil akhir dari jual beli kedaulatan rakyat. Inilah penjajahan yang sebenarnya. Ketika manusia menghianati kemerdekaan yang diberikan oleh Alloh SWT maka mereka pasti merasakan akibat buruk dari perbuatanya. Ini hanyalah akibat buruk yang bisa dirasakan di dunia. Sedag di akhirat keburukanya jauh lebih besar.

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا  


Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang bodoh, hartamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (  سورة النساء  , An-Nisa, Chapter #4, Verse #5)

Yang dimaksud  السُّفَهَاءَ di sini adalah orang yang belum mengenal Alloh SWT atau belum sempurna Imanya. Supaya kita idak menyerahkan pada mereka urusan pengelolaan harta (kekayaan negeri), bahkan mereka itu seharusnya dipelihara dan diberi nafkah dengan harta tersebut (kekayaan Alam).

لَّا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَ‌ٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَن تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ ۗ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ  


Haram bagi orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).
(  سورة آل عمران  , Aal-e-Imran, Chapter #3, Verse #28)
 Maksudnya jika dakwah ini sudah sampai ke semua rakyat maka siapa saja yang menolak mengesakan Alloh SWT bahwa Alloh SWT adalah Robb yang tidak ada Rob Selain Dia. Dan Allloh SWT sebagai Raja yang tidak ada raja selain dia, maka mereka haram untuk dijadikan pemimpin (wakil rakyat).

الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا  

orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
(  سورة النساء  , An-Nisa, Chapter #4, Verse #139)

  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُّبِينًا  


Hai orang-orang yang beriman, Haram bagi kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?
(  سورة النساء  , An-Nisa, Chapter #4, Verse #144)
 Ketika dakwah ini sudah sampai pada anda dan anda tetap mengingkari Alloh SWT sebagai Rob dan Malik itu sama saja anda memberi alasan kepada Alloh SWT untuk menyiksa anda.

اتَّبِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ  


Wajib bagimu mengikuti apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).
(  سورة الأعراف  , Al-Araf, Chapter #7, Verse #3


((عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ))
[ متفق عليه ]

 Sesungguhnya Alloh SWT tidak akan melihat pada pakaian dan hartamu bahkan yang akan dilihat adalah hati dan amalmu. Yaitu berapa persen Asma Alloh yang kamu esakan dan bagaimana kamu mengaplikasikanya dalam amal perbuatan.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar